Alkisah, terdapat sebuah telaga berwarna di Pamulang. Telaga itu besar, cantik, menyejukkan. Karena aku selalu mengira-ngira lokasi, aku beranggapan bahwa telaga warna itu tidaklah nyata. “Anakku, telaga warna itu nyata. Kakek sendiri pernah melihatnya, di suatu tempat di dunia ini. Tidaklah semua yang terjadi adalah kebetulan, pasti ada sebab-akibatnya anakku... Kakek harap, kamu jangan pernah sekali-kali mencari dimanakah telaga warna berada. Meskipun telaga warna memiliki banyak harta karun di dalamnya, naga laut dengan sisik emas dan mutiara di tubuhnya, ikan dengan intan permata di matanya, bahkan kerikil-kerikil kecil yang berada di dasarnya adalah batu permata atau emas yang terbentuk selama ribuan tahun.” Kakekku berucap, aku mengernyitkan alis, tidak tahu. Kalau telaga warna itu nyata, mengapa sampai sekarang aku belum pernah mendengar tentang telaga warna sebelumnya, Atau secarik kertas mengenai telaga warna pun belum pernah kutemui, Atau informasi sekecil...
Dengan kabel yang menyentuh sepanjang.
Jalanan berkuasanya internet.
Juga potret kamera usang.
Pergilah kemana kau suka. Sebab internet dibuat pergi oleh ARPANET.
Menggantikan hewan burung di dalam angin.
Di internet kukalungkan pesan-pesan buat si ibu.
Banyak pesan terkumpul. Hiliran burung gagak tergantikan.
Zaman rock dimulai, "Depending on You"
Nikola Tesla.
Sang penemu yang dermawan.
Mengabdikan hidupnya pada penelitiannya.
Tiada secuil pun dia mendapat sesuatu dari penemuan.
Zaman kuda besi.
Dimana semua tergantikan oleh mesin.
Demi kemerdekan liberti.
Menggantikan semua kehebatan yang diceritakan.
Oleh nenek moyangku.
Di masa dahulu.
Komentar
Posting Komentar