Langsung ke konten utama

Kau, Aku, dan Telaga Warna

Alkisah, terdapat sebuah telaga berwarna di Pamulang. Telaga itu besar, cantik, menyejukkan. Karena aku selalu mengira-ngira lokasi, aku beranggapan bahwa telaga warna itu tidaklah nyata.   “Anakku, telaga warna itu nyata. Kakek sendiri pernah melihatnya, di suatu tempat di dunia ini. Tidaklah semua yang terjadi adalah kebetulan, pasti ada sebab-akibatnya anakku... Kakek harap, kamu jangan pernah sekali-kali mencari dimanakah telaga warna berada. Meskipun telaga warna memiliki banyak harta karun di dalamnya, naga laut dengan sisik emas dan mutiara di tubuhnya, ikan dengan intan permata di matanya, bahkan kerikil-kerikil kecil yang berada di dasarnya adalah batu permata atau emas yang terbentuk selama ribuan tahun.”   Kakekku berucap, aku mengernyitkan alis, tidak tahu.   Kalau telaga warna itu nyata, mengapa sampai sekarang aku belum pernah mendengar tentang telaga warna sebelumnya, Atau secarik kertas mengenai telaga warna pun belum pernah kutemui, Atau informasi sekecil...

Dunia Sempurna Tanpa Kebebasan atau Dunia Tak Pasti dengan Kebebasan?

Apabila diberikan pilihan, apakah lebih baik hidup di dalam suatu dunia yang tampak sempurna namun tanpa kebebasan, ataukah di dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian tetapi menawarkan kebebasan? Pertanyaan ini, pada hakikatnya, mencerminkan dilema esensial yang menjadi pusat pemikiran filsafat kehidupan manusia. Kebebasan, meskipun sering kali disertai oleh ketidakpastian yang tidak terhindarkan, cenderung dipandang sebagai unsur fundamental yang mendefinisikan eksistensi manusia. Tanpa kebebasan, kemampuan kita untuk menentukan arah dan tujuan hidup kita sendiri hilang, dan dengan demikian, kita hanya akan menjadi entitas mekanis, tidak berbeda dari mesin atau robot yang sepenuhnya dikendalikan oleh kehendak eksternal tanpa adanya kehendak bebas.

Dalam pandangan saya, adalah jauh lebih bijaksana untuk memilih kehidupan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh. Pertanyaannya kemudian adalah... Apakah sebenarnya tujuan dari kehidupan kita? Apakah tujuan kita hanya terbatas pada pencarian kesenangan sementara dan kebahagiaan yang bersifat duniawi semata, ataukah kita hadir di dunia ini untuk membentuk kehidupan yang sejahtera dan bermakna, baik di dunia maupun di akhirat? Sepanjang perjalanan hidup, kita tidak memiliki kendali atas tempat di mana kita dilahirkan atau situasi lingkungan yang membentuk diri kita. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk tidak sekadar membiarkan diri mengikuti arus kehidupan tanpa arah yang pasti. Sebaliknya, kita harus senantiasa terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan untuk memahami esensi kehidupan dan menemukan makna keberadaan kita. Setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki tujuan hidup yang unik, dan perbedaan ini mencerminkan keistimewaan masing-masing pribadi dalam merumuskan makna hidupnya.

Sebagai seseorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai religius, saya meyakini bahwa manusia, pada hakikatnya, adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Agama mengajarkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan ini harus dijalankan dengan mematuhi pedoman-pedoman kehidupan yang telah diatur, baik melalui aspek-aspek adab, budaya, maupun prinsip-prinsip yang terkandung dalam Kitab Suci sebagai sumber hukum dan moral yang utama. Selain kehidupan dunia ini, agama juga mengajarkan bahwa ada kehidupan lain setelah kematian, yaitu kehidupan di akhirat, di mana segala tindakan dan perbuatan yang kita lakukan di dunia akan diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan pada hari perhitungan. Oleh karena itu, pada akhirnya, keputusan mengenai bagaimana seseorang memaknai dan menjalani kehidupannya adalah tanggung jawab pribadi setiap individu, sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup mereka masing-masing.

Namun demikian, ada satu kenyataan yang tidak dapat diabaikan: pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan alami untuk merasa bosan apabila kebebasan mereka dibatasi. Dalam konteks sejarah, kita telah menyaksikan banyak contoh empiris yang menunjukkan bahwa pembatasan kebebasan, baik pada tingkat individu maupun kolektif, sering kali memicu perlawanan yang tak terelakkan. Banyak negara komunis yang runtuh, dan bahkan rezim-rezim diktator yang mengklaim memiliki sistem pemerintahan yang tampaknya "sempurna" pun pada akhirnya digulingkan oleh rakyatnya karena ketidakmampuan mereka untuk menyediakan kebebasan yang esensial. Oleh karena itu, kehidupan manusia, agar dapat berkembang dan bertahan, memerlukan adanya unsur ketidakpastian yang menyertai kebebasan. Kebebasan, pada intinya, adalah tanda bahwa kita masih hidup, bahwa kita masih memiliki kendali atas pilihan-pilihan yang kita buat dalam kehidupan kita.

Secara pribadi, saya lebih memilih untuk hidup di dunia—meskipun tidak sempurna, tetapi menawarkan kebebasan, dibandingkan dengan hidup di dunia yang tampaknya sempurna namun tanpa adanya kebebasan. Meskipun kehidupan di dunia yang bebas sering kali diiringi oleh ketidakpastian dan tantangan yang signifikan, saya meyakini bahwa kebebasan memberikan ruang yang sangat diperlukan bagi kita untuk tumbuh, belajar, dan berkembang sebagai individu. Sebagai ilustrasi, mari kita bayangkan seseorang yang dilahirkan dalam kondisi kemiskinan yang sangat parah, namun memiliki kebebasan untuk mengejar impian dan tujuan hidupnya tanpa hambatan. Saya percaya bahwa, meskipun hidupnya dipenuhi oleh berbagai rintangan dan kesulitan, ia akan merasakan kebahagiaan yang lebih mendalam, kesehatan mental yang lebih baik, serta pemenuhan emosional dan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang hidup dalam sistem yang teratur namun tanpa kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Sebagai contoh yang relevan, kita dapat melihat pada kehidupan komunitas Gypsy, yang hidupnya sering kali berpindah-pindah dan dipenuhi oleh ketidakpastian. Mereka mungkin menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, namun mereka memiliki kebebasan untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka sendiri. Kebebasan tersebut memberikan mereka kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi setiap tantangan, dan meskipun kehidupan mereka jauh dari sempurna, mereka tidak mudah terjerumus ke dalam depresi atau keputusasaan. Kebebasan yang mereka miliki memungkinkan mereka untuk menemukan makna dan tujuan hidup mereka, bahkan dalam ketidakpastian yang terus-menerus mengiringi kehidupan mereka.

Namun demikian, perlu juga dipahami bahwa kebebasan yang disertai dengan ketidakpastian akan terasa lebih bermakna dan lebih bermanfaat apabila individu yang mengalaminya memiliki kompetensi yang memadai untuk berjuang dan mengatasi tantangan-tantangan yang muncul. Individu yang memiliki kompetensi rendah, atau yang belum siap untuk menghadapi tantangan kehidupan, sering kali lebih memilih kehidupan yang tertata, meskipun tidak sempurna, namun dengan kebebasan yang terbatas. Mereka cenderung merasa lebih aman dan nyaman dalam lingkungan yang terstruktur, meskipun kebebasan mereka dibatasi. Di sisi lain, bagi mereka yang memiliki kesiapan mental serta keterampilan yang memadai untuk menghadapi ketidakpastian, kebebasan adalah jalan yang tepat menuju pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan yang sejati.

Pada akhirnya, hidup di dunia yang tidak sempurna namun menawarkan kebebasan memberikan kesempatan yang sangat berharga bagi kita untuk belajar, beradaptasi, dan menemukan makna hidup kita sendiri. Setiap individu memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda, dan kebebasan adalah alat atau sarana yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kebebasan memberikan kita kesempatan untuk membuat pilihan yang menentukan jalan hidup kita, untuk belajar dari kesalahan yang kita buat, dan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijaksana. Meskipun ketidakpastian adalah elemen yang tidak terpisahkan dari kebebasan, justru di dalam ketidakpastian itulah terdapat potensi terbesar bagi kita untuk berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jarang Bicara, Apakah Tanda Kurang Cerdas?

Jarang berbicara sering kali dianggap sebagai tanda kurangnya kecerdasan, tetapi anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Otak manusia memiliki area yang berhubungan dengan bahasa, seperti area Broca yang bertanggung jawab atas produksi bahasa dan area Wernicke yang mengatur pemahaman bahasa. Ketika seseorang jarang berbicara, area ini mungkin menjadi kurang aktif, tetapi hal itu tidak berarti otak kehilangan fungsinya atau kecerdasan seseorang menurun.  Dalam sejarah, banyak tokoh besar seperti Isaac Newton, Albert Einstein, dan Nikola Tesla dikenal sebagai pribadi yang pendiam. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berpikir, merenung, dan menulis daripada berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan tidak selalu diukur dari seberapa sering seseorang berbicara. Baca juga: Menaksir Usia Bumi dan Pembentukan Alam Semesta: Berapa Usia Bumi yang Tepat? Jarang berbicara tidak sama dengan tidak mampu berbicara. Orang yang memilih untuk lebih banyak diam sering kali sedang memprose...

Puisi Cinta: Sinar Mata

Telah berulang kali. Kami membuat sebuah janji. Keterpurukan tinggal nama saja. Mengikat-ngikat selama. Ini aku si pecinta. Yang senantiasa. Jadi pelita dalam hidupmu. Tapi adalah kepunyaanmu. Warisan cinta masa lalu. Mempertemukan kita. Lain lagi gerak pembenci dahulu. Kitab sesat dibawa kemari kesana. Dari sirat matamu terbayang cahaya. Semua cahaya kota. Kabarkan kepada mereka. Gemilang cahaya kota, tiada bisa mengalahkan panorama.

Puisi Eksperimental: Turun di Bumi

Mungkin ada malaikat yang turun ke bumi. Kami sama-sama terkejut. Aku tak sadar diri. Tiba-tiba saja aku mendengar suara laut. Kami menempuh tiga jam perjalanan dramatik. Seorang duyung cantik tengah menari-nari. Telinga bertindik. Mendengar suaranya saja geli. Di atas segala nya, dia tak ingin menjadi pria kembali. Setelah yakin kemaluannya hilang dari rumah sakit. Nama yang ia sendiri. Terbunuh sedikit demi sedikit.

Mengapa Cinta Sejati Melewati Segala Alasan?

Cinta, dalam berbagai pemikiran dan perspektif, sering kali dibagi menjadi dua jenis: cinta yang belum matang dan cinta yang sudah dewasa. Cinta yang belum matang muncul dengan ungkapan, "Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu," sebuah bentuk cinta yang berpusat pada diri sendiri. Di sini, cinta dipandang sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tanpa memedulikan kebutuhan dan kebebasan orang yang dicintai. Ini adalah cinta yang penuh tuntutan dan kontrol, di mana pasangannya dianggap sebagai milik yang harus terus memenuhi ekspektasi. Sebaliknya, cinta yang dewasa menggambarkan hubungan yang lebih tulus dan mandiri, sebagaimana terungkap dalam pernyataan, "Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu." Dalam bentuk cinta ini, seseorang menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari pemenuhan kebutuhan pribadi semata, tetapi berasal dari kesadaran mendalam akan cinta itu sendiri. Pasangan dihargai sebagai individu yang merdeka, dengan ruang untuk tu...

Puisi Politik: Kebijakan

Waktu berlalu. Dan urusan pemerintahan berubah cepat sekali. Bukankah kehidupan di dunia ini hanya sesederhana itu. Siang itu juga riuh pemilu menyuruh Kakak pulang kembali. Namun ada pula, Fanatik berlebihan. Yang sedikit berbeda. Hanya soal bagaimana mereka menunjukkan. Beberapa memuji pejabat karena menepati janjinya. Aku rasa, mengapa memuji pejabat karena janjinya. Itu adalah janji mereka. Tentu sebuah kewajiban bagi mereka. Kemudian ada seseorang berkata padaku, Kalian tidak perlu menunggu janji, tidak perlu. Tertawa. Serombongan tertawa mendengar gurauan itu. Kalau saja tidak ada yang memperhatikan. Aku akan membuatnya seperti kejadian Maxim Ratniuk dan Vadym Ursu. Tentu saja ia tahu. Pengucapan manusia-manusia itu sungguh menembus batas-batas akal sehat. Aku mencintai negeriku.

Puisi Ekspresionis: Cahaya Matahari

Kala itu, cahaya matahari menyapa kami di tempat yang berbeda. Seolah-olah ingin menunjukkan. Mendengarkan laporan-laporan bahwa. Telah dicanangkan. Itu juga jadi gangguan serius. Kenapa tidak? Cerita saja. Kita semua berkemas. Sehingga ketika kekasih datang, dia tidak sibuk apa-apa. Selesai sudah rencana itu. Di sebuah pernikahan besar. Secara otomatis saat mengenali wajahku. Kemudian disuruh belajar.

Cara Sukses Mengembangkan Bisnis di Pasar Kompetitif

  Mengembangkan bisnis yang sukses memerlukan pemahaman mendalam mengenai pasar dan perilaku konsumen. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi target pasar, seperti pecinta kopi, pelajar, atau kalangan profesional. Kualitas produk juga harus menjadi prioritas utama. Anda dapat bekerja sama dengan petani lokal atau pemasok terpercaya, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk meningkatkan daya tarik produk. Di samping itu, membangun identitas merek yang kuat dan autentik, mulai dari desain kemasan hingga strategi promosi, merupakan langkah penting untuk membedakan bisnis Anda dari para kompetitor. Pengalaman pelanggan memainkan peran penting dalam keberhasilan sebuah bisnis. Menciptakan suasana kedai yang nyaman dan menarik dapat memberikan pengalaman berkesan bagi setiap pengunjung. Strategi pemasaran yang efektif juga sangat penting. Manfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan audiens, dan pertimbangkan untuk bekerja sama dengan influencer kopi guna men...

Puisi Politik: Catatan Seorang Pejuang

Disana di istananya. Dengan berbagai bentuk wajah. Dari solo sampai jakarta. Di luar buah berwarna indah. Tetapi siapa yang menyangka! Raksasa negeri menerkam para kelinci. Dan menjadikan seorang menjadi raja. Hadir dengan sejuta kata orang mati. Dan aku, tidak seperti dulu lagi. Memihak pada perwira. Yang setelah itu menghianati. Coba katakan, siapa yang menerima? Di gempur habis-habisan. Satu—dua—tiga di tembaki. Kini di rumah debat, dia malah berpidato sebuah kiasan. Saya tidak takut, tidak mempunyai jabatan di negeri ini. Bukankah menyenangkan? Siapa yang gila di sini. Aku yang terlalu bodoh dan menyayangkan. Atau kamu, yang tidak melihat sebuah kebenaran.

Puisi Cinta: Tak Ada Cinta Lagi

Aku tidak bisa lagi tidur. Dunia mimpi sudah jauh lebih mengabur. Jikapun bisa masuk. Mampus aku dikoyak-koyak dalam mimpi. Memikirkan dia. Ia tersenyum. Sampai-sampai jantungku terhenti berlari. Sang Terkasih. Begitu panggilanku untuknya. Yang menyeruak di seisi langit mimpi. Aku minta pula sampai di surga. Adakah jauh percintaan ini? Aku menyebut satu nama cantik. Ia begitu sangat cantik. Dan dia yang memenuhi segala. Meski hanya secarik. Pesan kertas yang ditinggalnya. Entah berapa lama.  Kelana tidak berujung ini tamat. Tidak mendapat. Satu pun hikmat. Atau penerimaan yang di terima.